DEBAT pilkada Kota Bekasi Jumat (1/11/2024) malam, masih menyisakan pertanyaan dari publik. Pasalnya, calon Wali Kota Bekasi Tri Adhianto tidak bisa menjawab secara jelas pertanyaan paslon nomor urut 1.
Pengamat politik Bekasi, Abdul Khoir menilai, pertama ada point yang tidak dijelaskan pasangan nomor urut 3 yang notabene incumben yakni pertanyaan kenapa Kota Bekasi terjadi dari predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
“Saya kira itu harus dia (Tri Adhianto-red) klarifikasi atau dijadikan semacam klarifikasi. Kalau tidak mampu klarifikasi, ya itu semakin menegaskan bahwa kepemimpinannya tidak mendapatkan prestasi cukup baik,” ucap Abdul Khoir, kepada awak media, Sabtu (2/11/2024).
“Memang mempertahankan WTP itu berat, tapi paling tidak kalau dia punya kesungguhan dan komitmen seharusnya mempertahankan WTP, ini malah turun menjadi WDP,” imbuhnya.
Pada debat tersebut, Tri beralasan Kota Bekasi meraih WDP karena dampak dari kepemimpinan sebelumnya.
“Memang Tri mengatakan WDP ini karena berkaitan dengan kepemimpinan masa lalu. Namun sayangnya tidak cukup waktu untuk menjelaskannya mengapa? Itu saya kira menjadi point bagus bagi Heri Koswara mau mencoba menguji seberapa bisa Tri Adhianto mengklarifikasi,” ujarnya.
baca juga: Debat Pamungkas, Heri Koswara Bawa Pesan dari KH Noer Ali
Lalu poin kedua, lanjut dia, hal yang mengecewakan bagi pencinta olahraga pada saat Heri Koswara menjadi anggota DPRD Jawa Barat telah mengusahakan adanya alokasi anggaran sarana Futsal yang informasi sudah ditender.
Namun demikian, perizinan di pemerintahan Kota Bekasi justru tidak dikabulkan.
“Itu harusnya bisa menjadikan Pak Tri untuk diklarifikasi. Tapi sayangnya tidak diklarifikasi, sehingga publik bisa saja pertanyakan tentang komitmen Tri Adhianto terkait olahraga dan sport tourism maupun keberpihakannya keadaan dunia olahraga,” tutur dosen UNISMA ini.
Khoir menyayangkan Tri Adhianto tidak mampu menjelaskan dua point penting pertanyaan dari paslon nomor urut 1 untuk menjadi sarana memberikan klarifikasi.
“Jadi wajarlah jika publik mengatakan itu menjadi point-point yang dianggap kegagalan kepemimpinan (Tri Adhianto) di masa lalu,” pungkasnya.[red]