PEMBINA Yayasan Ibtisamah Heri Koswara, M.A. menegaskan bahwa Bahasa Isyarat adalah Bahasa Ibu Sahabat Tuli yang merupakan budaya yang melekat pada identitasnya.
“Hormati, hargai dengan menerima keberadaannya, menyediakan aksesnya dalam segala institusi dan kesehariannya. Bahkan jika perlu ikut mempelajarinya dan menggunakannya,” ujar Heri.
Heri dan istri, Nur Indah Harahap adalah orang tua anak Tuli. Mereka mendirikan Yayasan Ibtisamah yang bergerak dalam pendidikan untuk anak-anak Tuli.
Anak kedua mereka, Amatullah Basiimah, adalah salah satu pengajar anak-anak Tuli di sekolah Ibtisamah.
Meskipun terlahir Tuli, Heri dan istri tetap mendukung dan mendorong Basiimah untuk berkarya dan bermanfaat bagi orang lain.
Baca Juga: Ketua PKS Bekasi Heri Koswara: Dukungan Disabilitas Tuli kepada Anis Bukti Kepemimpinan Inklusif
Nur Indah Harahap yang juga pegiat bahasa isyarat mengatakan bahwa hadiah terindah bagi perkembangan bahasa isyarat di Indonesia tahun ini adalah penyusunan Pedoman Membaca al-Qur’an bagi Tuli.
Proyek itu dilaksanakan oleh orang-orang Tuli dan dengar dalam komposisi yang seimbang.
Pedoman ini diprakarsai oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an, Kementerian Agama Republik Indonesia.
“Bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang dengan orientasi bunyi/suara mendalami dan memahami budaya orang dengan orientasi visual,” tulis Nur Indah dalam salah satu unggahan di Instagramnya.
Begitu pun sebaliknya, tidak mudah bagi orang dengan orientasi visual untuk memahami budaya orang dengan orientasi bunyi/suara.
Pun tidaklah sederhana memandang perspektif baca al-Qur’an bagi Tuli, menggali isyarat huruf demi huruf, harakat demi harakat, dan menyepakatinya dalam sebuah pedoman.
“Namun, rasa cinta akan al-Qur’an, kesabaran dalam belajar dan memperluas wawasan, ukhuwah dalam kepedulian dan kasih sayang akan meruntuhkan tembok hambatan dalam menyusun pedoman ini,” tambahnya.
Mungkin pedoman ini masih jauh dari pemenuhan kebutuhan membaca al-qur’an secara mendalam, namun pendoman ini akan menjadi penggugah bagi sekolah, orang tua, taman pendidikan al-qur’an, majelis taklim dan pesantren yang ada untuk dengan gegap gempita menerima dan memberikan akses belajar bagi anak-anak maupun orang dewasa Tuli untuk belajar membaca al-Qur’an sesuai dengan rukhshoh/kemudahan yang Allah berikan melalui membaca al-Qur’an dengan isyarat.[red]
sumber: chanelmuslim.com